Tempat iklan

Kamis, 27 Maret 2014

DZIKRULLAH

Hakekat Berdzikir
Dzikir berarti menyebut dan mengingat.
Dzikrullah menyebut dan mengingat Allah SWT.
Dzikir yang baik mencakup dua makna di atas;
menyebut dan mengingat. Dzikir dengan hanya
menyebut dengan lisan tanpa menghadirkan hati
tetap bisa mendatangkan pahala, namun tentu
dzikir macam ini berada pada tingkat yang paling
rendah. Dzikir dengan lisan tanpa menghadirkan
hati dan pikiran bisa saja memberi pengaruh
terhadap hati dan keimanan seseorang, tetapi
pengaruhnya tidak sebesar dzikir sambil
menghadirkan hati. Paling baik adalah dzikir
dengan lisan sambil menghadirkan hati.
Dalam ajaran Islam, banyak kesempatan dan
sarana yang Allah SWT sediakan bagi Kaum
Muslimin untuk melaksanakan ibadah dzikir ini.
Dalam kehidupan Muslim, ada berbagai doa
yang bisa dibaca dalam beragam aktivitas dan
kesempatan. Mulai dari bangun tidur sampai
tidur kembali, hampir seluruh satuan kegiatan
ada doa khusus. Paling tidak, dalam setiap
aktivitas Muslim secara umum, seyogiyanya
dimulai dengan membaca basmalah, yang juga
mengandung makna dzikir; menyebut dan
mengingat Allah SWT. Rasul Saw bersabda:
“Setiap amal yang tidak dimulai dengan nama
Allah SWT, maka ia terputus dari keberkahan”.
(HR. Abu Dawud).
Ibadah dzikir cukup simpel dan mudah
dilakukan. Tidak harus dengan persiapan khusus,
tempat khusus dan waktu khusus. Dalam kondisi
apapun diperbolehkan, asal tidak pada tempat-
tempat yang kotor dan menjijikkan. Seorang
Muslim bisa memanfaatkan waktu yang senggang
dan kosong untuk berdzikir. Berdzikir bisa
dilakukan pada waktu menunggu antrian, waktu
menunggu lampu merah, dan seterusanya.
Mengisi waktu kosong dengan dzikrullah, bisa
membantu seseorang terhindar dari perbuatan
sia-sia dan dosa. Karena waktu dan kesempatan
yang kosong berpeluang dua hal; kebaikan atau
keburukan, positif atau sebaliknya.
Dzikrullah adalah satu ibadah yang sangat mulia
dan begitu dianjurkan. Keutamaan dan nilai dari
ibadah ini begitu besar dan beragam. Bahkan
dapat disimpulkan bahwa sangat tidak sebanding
antara upaya dan energi yang dikeluarkan untuk
melakukan ibadah dzikir dengan keutamaan yang
disediakan. Dzikir adalah ibadah yang tidak
begitu memerlukan upaya dan pengorbanan
besar.
Al-Qur’an dan Hadits sangat menganjurkan juga
mengisyaratkan betapa mulia ibadah dzikir. Allah
SWT memerintah Kaum Muslimin untuk banyak
berdzikir, tanpa dibatasi jumlahnya. “Wahai
orang-orang yang beriman banyak-banyaklah
berdzikir kepada Allah. (Al-Ahzab: 41). Dzikir
dari sisi waktu pelaksanaannya terbagi menjadi
dua; pertama dzikir muqayyad (terikat/tertentu),
kedua dzikir muthlak (bebas). Dzikir muqayyad
(terikat/tertentu) dilakukan dengan jumlah yang
ditentukan oleh nash hadits. Sebagaimana dzikir
setelah shalat lima waktu dengan membaca
subhanallah , alhamdulillah, allahu akbar , masing-
masing tiga puluh tiga kali, dan ditutup dengan
kalimat tahlil satu kali, maka seluruhnya
berjumlah seratus, dan disebutkan dalam riwayat
lain dengan jumlah yang berbeda.
Adapun dzikir muthlak (bebas ) boleh dilakukan
dalam jumlah yang tidak terbatas. Dan adanya
pembagian kepada dzikir muthlak (bebas ) ini
memberikan peluang bagi Muslim untuk sering
melakukan dzikrullah. Sebagaimana Allah SWT
memotivasi hal tersebut seraya mengisyaratkan
bahwa sering berdzikir adalah kebiasaan atau
tradisi orang-orang yang “cerdas”. Allah SWT
berfirman: “Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, dan pergantian malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang
berakal (cerdas). Yaitu orang-orang yang
berdzikir (mengingat) Allah dalam kondisi berdiri,
duduk dan berbaring. (Ali Imran: 190-191).
Rasulullah Saw juga menjelaskan bahwa
dzikrullah menjadi pembeda seorang yang
‘hidup’ dan ‘mati’. Diriwayatkan dari Abu Musa,
Rasulullah Saw bersabda: “Perumpamaan orang
yang berdzikir mengingat Allah dan yang tidak
pernah berdzikir kepadaNya bagai orang yang
hidup dan mati”. (HR. Baihaqi). Tentu, maksud
hidup dan mati di sini pada sisi hati dan batin.
Dalam hadits lain disebutkan: “Sesungguhnya
hati itu bisa berkarat sebagaimana besi bila
dikenai air”. Rasul ditanya: “Apa penawarnya
wahai Rasul?” Rasul bersabda: “Mengingat
kematian dan membaca Al-Qur’an. (HR.
Baihaqi). Dan membaca Al-Qur’an termasuk
dzikrullah yang paling utama.
Siapa yang senantiasa melantunkan dzikir hatinya
bisa hidup, dan sebaliknya siapa yang jauh dari
dzikrullah, akan terancam mati hati. Hidup dan
mati hati pada selanjutnya akan menentukan
moral dan prilaku seorang Muslim. Selanjutnya
juga akan menentukan nilai dan kualitas
kehidupan seorang Muslim. Berarti bahwa dzikir
bisa mempengaruhi kualitas hidup seorang
Muslim.
Tentu ibadah ini dilakukan dengan tata cara dan
adab yang tidak melanggar ajaran dan etika
dalam Islam. Dua hal secara umum yang menjadi
syarat agar ibadah dzikir diterima di sisi Allah
SWT. Pertama, motivasi untuk mendapat ridha
dan balasan baik dari Allah SWT. Kedua, tata
cara pelaksanaannya sesuai tuntutan syariah.
Tata caranya tidak berbau kesyirikan, tidak
mendatangkan mafsadah (kerugian) baik
terhadap pribadi maupun orang lain, tidak
mengganggu kepentingan umum, dan
sebagainya. Dan tentunya banyak berdzikir tidak
sepatutnya mengganggu kewajiban lain, karena
berdzikir adalah ibadah sunnah, yang tidak boleh
mengganggu aktivitas yang wajib.
Manfaat Berdzikir
Demikian, begitu besar keutamaan dzikrullah,
sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an: “Dan
sesungguhnya berdzikir kepada Allah itu adalah
lebih besar -keutamaannya-.” (Al-’Ankabut: 45).
Agar termotivasi untuk memperbanyak
dzikrullah, Muslim perlu mengetahui manfaat dari
ibadah ini. Satu kiat yang umum diketahui,
bahwa agar seseorang termotivasi melakukan
suatu hal, maka ia perlu mengetahui manfaat dari
hal tersebut.
Selain manfaat yang bersifat bathini (non-fisik
atau kejiwaan), di zaman modern ini banyak
penelitian juga penemuan yang menjelaskan
manfaat-manfaat dzikir secara fisik (kesehatan
badan). Berbagai penemuan dan penelitian di
Negara Muslim atau bahkan di Negara minoritas
Muslim seperti di Amerika dan Inggris
menjelaskan fakta tersebut.
Dalam suatu konfrensi kedokteran di Kairo
beberapa waktu yang lalu, Doktor Ahmad Al
Qodli, ahli penyakit jantung dan direktur lembaga
pendidikan dan penelitian kedokteran Islam di
Amerika, menyatakan bahwa mendengarkan atau
membaca Al- Quran sebagai bentuk dzikir yang
paling utama ( afdhal) mampu menimbulkan
ketenangan jiwa yang menyebabkan peningkatan
daya imunitas tubuh melawan serangan penyakit.
Kesimpulan tersebut disampaikan dalam
konferensi tersebut setelah mengadakan riset
lapangan terhadap 210 pasien sukarela selama
48 kali pengobatan yang dibarengi dengan
membaca Al-Quran atau memperdengarkannya.
Ternyata 77% dari sampel acak yang terdiri dari
muslim dan non muslim tersebut, menampakan
adanya gejala pengenduran syaraf yang tegang
dan selanjutnya menimbulkan ketenangan jiwa.
Semua gejala tadi direkam dengan alat
pendeteksi elektronik yang dilengkapi dengan
komputer untuk mengukur setiap perubahan yang
terjadi dalam tubuh selama pengobatan. Menurut
Al Qodli, berkurangnya ketegangan saraf ini
mampu mengaktifkan dan meningkatkan daya
imunitas tubuh dan memperoleh proses
kesembuhan pasien.
Penemuan ilmiah tersebut menunjukan salah satu
kemukjizatan sunnah Nabawiyah yang
menyatakan: “Dan tiadalah suatu kaum
berkumpul disalah satu rumah Allah (masjid)
membaca kitabullah (Al-Quran) dan
mempelajarinya kecuali akan dikelilingi Malaikat,
dianugerahi ketenangan, diliputi rahmat dan
disebut-sebut Allah dihadapan makhluk yang
dekat kepadanya “ (HR. Muslim).
Sejak abad 13 Masehi, Imam Ibnu Qayyim Al-
Jauziyah dalam kitab Al-Wabil Ash Shayyib
menyebutkan manfaat dari dzikrullah sebanyak
tujuhpuluh tiga, diantaranya sebagai berikut:
· Mengusir setan.
· Mendatangkan ridha Ar Rahman.
· Menghilangkan gelisah dan hati yang
gundah gulana.
· Hati menjadi gembira dan lapang.
· Menguatkan hati dan badan.
· Menerangi hati dan wajah menjadi
bersinar.
· Mendatangkan rizki.
· Orang yang berdzikir akan merasakan
manisnya iman dan keceriaan.
· Mendatangkan inabah , yaitu kembali pada
Allah ‘Azza wa Jalla. Semakin seseorang
kembali pada Allah dengan banyak berdzikir
pada-Nya, maka hatinya pun akan kembali pada
Allah dalam setiap keadaan.
· Meraih apa yang Allah sebut dalam ayat:
“Maka ingatlah pada-Ku, maka Aku akan
mengingat kalian.” (QS. Al Baqarah:152).
Seandainya tidak ada keutamaan dzikir selain
yang disebutkan dalam ayat ini, maka sudahlah
cukup keutamaan yang disebut.
· Hati akan semakin hidup. Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah berkata: “Dzikir bagi hati seperti
air yang dibutuhkan ikan. Lihatlah apa yang
terjadi jika ikan tersebut berpisah dari air?”.
· Dzikir menyebabkan lisan semakin sibuk
sehingga terhindar dari ghibah (menggunjing),
namimah (adu domba), dusta, perbuatan keji
dan batil.
· Akan memberikan rasa aman bagi
seorang hamba dari kerugian di Hari Kiamat.
· Dzikir adalah cahaya bagi pemiliknya di
dunia, kubur, dan Hari Kebangkitan.
· Dzikir akan memperingatkan hati yang
tertidur lelap. Hati bisa jadi sadar dengan dzikir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar